Dojo Pusat : Jalan Nangka dekat dealer honda, Cimanggis, Depok
Dojo yang sudah berdiri :
- Dojo SMK Negeri 22 Jakarta Timur, Jalan Raya Condet dekat Rindam Jaya
- Dojo SMP Negeri 218 Jakarta Selatan, Jalan Jati Padang dekat kantor perpajakan
jati padang
- Dojo CITOS (Cilandak Town Squre) Jakarta Selatan, Tempat Gym CITOS
Bagi yang berminat ikut ke dojo yang terdekat bisa melihat di akun facebook atau Twitter kami, atau ada yang kurang jelas silahkan menghubungi ke nomor 089512424929 atau 089602488462.
TERIMA KASIH
Rabu, 24 Juli 2019
Gasuku Oyama Karate-do Kyokushinkaikan Indonesia
Gasuku Kenaikan Tingkat Oyama Karate-Do Kyokushinkaikan Indonesia, yang dipimpin oleh Shihan Tsujipto Hermawan, pada hari/tanggal : Minggu, 21 Juli 2019. Yang berlokasi Wisma BUMI TRIDARMA Cipanas, Desa Sukatani.
Selasa, 23 Mei 2017
Info Kejuaraan Tahun 2017
Untuk semua kohai yang sudah terdaftar di panitia acara harap latihan yang lebih serius:
Hari/ Tanggal : Minggu, 20 Agustus 2017
Jam : 09.00 - Selesai
Tempat JCC : Senayan, Jakarta Pusat
Terima Kasih
Hari/ Tanggal : Minggu, 20 Agustus 2017
Jam : 09.00 - Selesai
Tempat JCC : Senayan, Jakarta Pusat
Terima Kasih
Rabu, 29 Juni 2016
Info Penerimaan Murid Baru
Kami menerima pendaftaran baru untuk peserta yang ingin bergabung bersama kami. adapun ketentuan tentang pendaftaran silahkan menghubungi No HP (089613727151 / 083876769439).
Kami tunggu kehadiran kalian di dojo kami.
Kami tunggu kehadiran kalian di dojo kami.
Kamis, 09 Januari 2014
Info Kejuaraan
Bagi kawan-kawan dari Dojo SMP N 128 Jakarta Selatan maupun Pabuaran ada yang berminat ingin mengikuti kejuaraan SOTOKAN di Universitas Indonesia silahkan menghubungi Ujang Suhaemi dan Fathur Ridho, dengan memberi kabar kepada mereka berdua.
Bagi yang dari perguruan atau dojo lain silahkan bisa koment di bawah ini.
Bagi yang dari perguruan atau dojo lain silahkan bisa koment di bawah ini.
Rabu, 18 Desember 2013
Sejarah
Kyokushin kaikan (極真会館?) adalah sebuah aliran karate yang didirikan oleh Masutatsu Oyama (大山倍達 Ōyama Masutatsu?). Aliran ini menekankan latihan fisik dan full-contact kumite, yakni latih-tanding (sparring) tanpa pelindung. Kyokushin memiliki arti kebenaran tertinggi,
yang diyakini oleh Mas Oyama sebagaimana karate itu seharusnya
diajarkan dan dipelajari. Kurikulum Kyokushin menekankan pada
pertarungan realistik dan kekuatan fisik.
Pada masa Perang Dunia 2, Choi Hyung Yee pindah ke Jepang dan mendaftarkan diri sebagai mekanik pesawat tempur. Di Jepang, ia tinggal bersama keluarga perantuan dari Korea dan mengadopsi nama keluarga mereka, Oyama. Pada saat itu banyak orang perantauan yang mengadopsi nama Jepang agar mudah berbaur dan diterima masyarakat Jepang. Setelah perang usai pada tahun 1945, beliau mempelajari karate Shotokan dari guru besar Gichin Funakoshi. Pada saat yang bersamaan, beliau bertemu dengan sesama perantauan dari Korea bernama So Nei Chu. So Nei Chu mewarisi Goju-Ryu dari Gogen Yamaguchi, dan Mas Oyama mempelajari Goju-Ryu dari So Nei Chu.
Sewaktu di Jepang, kepribadian yang agresif dan tidak mau kalah masih melekat kuat pada diri Oyama muda. Di Tokyo, ia sering terlibat perkelahian dengan para gangster Jepang maupun tentara Amerika yang bertugas di Jepang. Ia pernah secara tidak sengaja membunuh seorang gangster Jepang yang terkenal ahli menggunakan pisau (Akhirnya beliau dibebaskan dari tahanan dengan alasan membela diri). Oyama juga dijuluki "Superman dari Timur" oleh masyarakat setempat karena sering membela orang-orang lokal dari tentara Amerika yang berbuat onar. Setelah beberapa saat, Tokyo menjadi tidak aman lagi bagi Mas Oyama, karena beliau dicari oleh banyak pihak yang ingin membalas perbuatannya. Atas saran So Nei Chu, Mas Oyama akhirnya mengasingkan diri ke sebuah gunung untuk merenungkan tujuan hidupnya.
Selama dalam pengasingan, beliau hidup sebagai layaknya seorang Yamabushi (Prajurit Biksu). Menghadapi kerasnya tempaan alam, ia banyak mendapat inspirasi dari kisah hidup Miyamoto Musashi, seorang ahli pedang tersohor di Jepang. Setiap hari beliau berlatih mendalami ilmu bela diri serta bermeditasi untuk merenungkan hidupnya. Setelah beberapa saat, beliau merasa latihan di gunung sudah cukup dan memutuskan untuk turun ke kota.
Mas Oyama mengikuti kejuaraan karate dan menjadi juara. Akan tetapi, ia masih merasa kecewa dengan kemampuan yang dimilikinya. Merasa masih belum mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya pada pertarungan yang sesungguhnya, Mas Oyama mencukur habis rambutnya dan sekali lagi naik ke gunung untuk berlatih.
Setelah lebih dari setahun di gunung, Mas Oyama akhirnya turun untuk menguji hasil dari latihannya. Di sebuah desa, ada seekor banteng yang akan dijagal. Ia meminta izin untuk menjatuhkan banteng tersebut dengan tangan kosongnya. Akan tetapi, beliau gagal pada usaha pertamanya. Setelah dipukul, banteng tersebut marah dan mengobrak-abrik kerumunan orang-orang di sekitarnya. Mas Oyama tidak menyerah. Ia berhari-hari mempelajari banteng-banteng tersebut. Setelah itu, beliau mencobanya lagi. Banteng tersebut jatuh dengan sekali pukul ke arah kepalanya. Berita tentang seorang karateka menjatuhan banteng dengan kepalan tangannya menyebar dengan cepat. Selain itu, beliau juga mengadakan perjalanan keliling Asia Tenggara mengadakan demo dan menantang banyak aliran di dalam maupun luar Jepang. Hal ini menimbulkan banyak sensasi dan memopulerkan Karate di dunia internasional.
Dengan modal ketenaran inilah, Mas Oyama lalu mendirikan sebuah dojo karate di Tokyo. Karate di dojo ini menekankan pentingnya latihan full-contact kumite (latih-tanding tanpa pelindung). Menurutnya, full contact kumite merupakan hal yang penting untuk mengasah semangat dan ketrampilan berkelahi. Hal ini sempat menimbulkan ketegangan dengan tetua-tetua dari aliran karate lain yang berpendapat bahwa praktek aplikasi karate secara langsung itu berbahaya dan tidak perlu.
Puncak ketegangan ini muncul pada tahun 1960-an. Pada waktu itu, petinju Muay Thai menyatakan bahwa Thai Boxing adalah seni bela diri yang terkuat, dan ia telah mengalahkan banyak wakil aliran bela diri, termasuk karate Jepang (Pada waktu itu, karate sedang populer di dunia internasional, dan petinju Muay Thai ini ingin memanfaatkan kesempatan untuk mencari nama). Petinju Muay Thai tersebut meminta wakil resmi dari Jepang untuk menjawab tantangannya. Sikap resmi dari aliran-aliran Karate di Jepang adalah untuk tidak melayani tantangan tersebut, karena tujuan dari Karate adalah untuk membina mental dan salah satu dari perwujudan penempaan mental tersebut adalah untuk menghindarkan dari perkelahian yang tidak perlu. Akan tetapi, Mas Oyama berpendapat bahwa "Karate memang bukan untuk mencari masalah. Tetapi apabila masalah itu datang dengan sendirinya, lari dari masalah adalah tindakan pengecut". Ia mengirim 3 murid terbaiknya ke Thailand untuk bertanding dengan aturan Muay Thai. Dua dari tiga muridnya tersebut menang dan mereka kembali ke Jepang dielu-elukan sebagai pahlawan yang mengangkat harga diri Jepang. Hal ini menambah ketegangan antara aliran Oyama ini dengan aliran-aliran Karate yang lain, sehingga banyak aliran lain yang menjuluki aliran Oyama sebagai "bukan Karate" dan "ilmunya para berandalan".
Mas Oyama tidak ambil pusing atas tanggapan tersebut. Ia secara resmi mendirikan Kyokushin yang berarti kebenaran tertinggi yang beliau yakini sebagaimana Karate seharusnya diajarkan dan dipelajari. Ia mengadakan turnamen-turnamennya sendiri merespon dilarangnya Kyokushin mengikuti pertandingan-pertandingan Karate. Meski di-'anak-tiri'-kan, Kyokushin berkembang pesat di dalam maupun di luar Jepang, terutama karena beberapa generasi pertama Kyokushin banyak menantang berbagai aliran bela diri di Asia maupun di negara-negara Barat.
Selain di jepang, Oyama juga menyebarkan instruktur-instrukturnya ke negara lain, misalnya ke Belanda (Kenji Kurosaki), Australia (Shigeo Kato), Amerika Serikat (Tadashi Nakamura, Shigeru Oyama and Yasuhiko Oyama, Miyuki Miura), dan Brazil (Seiji Isobe) untuk menyebarkan Kyokushin dengan cara yang sama seperti di Jepang. Pada tahun 1969, Oyama menyelenggarakan First All Japan Full Contact Championships di Jepang. Selain itu, pada thaun 1975, ia juga menyelenggarakan First Open Full Contact World Karate Championships. Sejak saat itu, pertandingan berskala internasional diadakan secara berkala setiap empat tahun sekali.
Setelah Oyama meninggal, International Karate Organization (IKO) Kyokushinkaikan mengalami perpecahan. Perpecahan disebabkan karena konflik tentang siapa yang akan menggantikan Oyama sebagai Chairman, serta tentang masa depan struktur dan filosofi organisasi. Hingga saat ini, masalah belum dapat dipecahkan. Shokei (Akiyoshi) Matsui sempat diperkirakan menjadi penerus Oyama setelah ia mengklaim bahwa ia memiliki hak intelektual atas semua merek dagang, simbol, dan nama Kyokushin. Namun ternyata sistem legal Jepang mengharamkan tindakan itu sehingga Shokei Matsui dipaksa mengembalikan semua hak intelektual Kyokushin kepada keluarga Oyama.
Cabang-cabang baru yang memiliki gerakan dan teknik yang sama, namun dengan nama berbeda, lahir. Banyak juga dojo-dojo yang mengajarkan kurikulum Kyokushin meskipun tidak memiliki ikatan formal dengan organisasi. Meskipun sulit untuk dihitung secara pasti, diperkirakan jumlah murid yang mempelajari aliran Kyokushin atau aliran cabangnya telah mencapai jutaan orang.
Istri Oyama meninggal bulan Juni 2006 setelah lama mengidap penyakit. Berdasarkan sistem hukum di Jepang, hak intelektual milik Oyama diturunkan kepada anak perempuannya yang bernama Kikuko (dikenal pula dengan nama Kuristina).
Dalam kyokushin, baik pembina maupun warga (murid) harus melakukan kumite dengan keras agar mereka siap menghadapi pertarungan yang sesungguhnya. Tidak seperti jenis karate lain pada umumnya, Kyokushin menekankan pentingnya latihan full contact, tanpa menggunakan sarung tangan, pelindung badan, atau pelindung kepala (kecuali pelindung kemaluan bagi laki-laki). Beberapa perguruan mewajibkan penggunaan pelindung untuk warga yang masih berumur belia (kecil).
Dahulu, kumite dalam Kyokushin benar-benar dibuat menyerupai pertarungan nyata, serangan ke kepala boleh dilakukan baik dengan pukulan maupun tendangan. Namun ternyata hal ini membuat banyak murid cedera, disebabkan terutama akibat diperbolehkannya pukulan ke arah kepala. Akhirnya sekarang baik pada kumite maupun kejuaraan, pukulan ke arah muka dilarang, namun tendangan dan serangan lutut ke kepala dan leher tetap diperbolehkan.
Sejarah
Asal mula
Masutatsu Oyama, pendiri aliran Kyokushin, lahir sebagai seorang Korea yang bernama Choi Hyung Yee. Sewaktu kecil di Korea, beliau mempelajari seni bela diri Korea yang bernama Chabee. Chabee mendapat pengaruh dari seni bela diri Tiongkok "Seni 18 Telapak Tangan" yang dikembangkan lebih lanjut oleh orang Korea menjadi Chabee. Sejak kecil, Choi Hyung Yee bukanlah seorang anak yang diam saja dan bersabar kalau diganggu. Ia sering terlibat dalam perkelahian, apalagi bila ia atau teman-temannya diganggu. Kepribadian yang agresif inilah yang ia wariskan ke Kyokushin menjadi sebuah aliran yang menekankan offense, dan pentingnya menjatuhkan lawan secepat mungkin.Pada masa Perang Dunia 2, Choi Hyung Yee pindah ke Jepang dan mendaftarkan diri sebagai mekanik pesawat tempur. Di Jepang, ia tinggal bersama keluarga perantuan dari Korea dan mengadopsi nama keluarga mereka, Oyama. Pada saat itu banyak orang perantauan yang mengadopsi nama Jepang agar mudah berbaur dan diterima masyarakat Jepang. Setelah perang usai pada tahun 1945, beliau mempelajari karate Shotokan dari guru besar Gichin Funakoshi. Pada saat yang bersamaan, beliau bertemu dengan sesama perantauan dari Korea bernama So Nei Chu. So Nei Chu mewarisi Goju-Ryu dari Gogen Yamaguchi, dan Mas Oyama mempelajari Goju-Ryu dari So Nei Chu.
Sewaktu di Jepang, kepribadian yang agresif dan tidak mau kalah masih melekat kuat pada diri Oyama muda. Di Tokyo, ia sering terlibat perkelahian dengan para gangster Jepang maupun tentara Amerika yang bertugas di Jepang. Ia pernah secara tidak sengaja membunuh seorang gangster Jepang yang terkenal ahli menggunakan pisau (Akhirnya beliau dibebaskan dari tahanan dengan alasan membela diri). Oyama juga dijuluki "Superman dari Timur" oleh masyarakat setempat karena sering membela orang-orang lokal dari tentara Amerika yang berbuat onar. Setelah beberapa saat, Tokyo menjadi tidak aman lagi bagi Mas Oyama, karena beliau dicari oleh banyak pihak yang ingin membalas perbuatannya. Atas saran So Nei Chu, Mas Oyama akhirnya mengasingkan diri ke sebuah gunung untuk merenungkan tujuan hidupnya.
Selama dalam pengasingan, beliau hidup sebagai layaknya seorang Yamabushi (Prajurit Biksu). Menghadapi kerasnya tempaan alam, ia banyak mendapat inspirasi dari kisah hidup Miyamoto Musashi, seorang ahli pedang tersohor di Jepang. Setiap hari beliau berlatih mendalami ilmu bela diri serta bermeditasi untuk merenungkan hidupnya. Setelah beberapa saat, beliau merasa latihan di gunung sudah cukup dan memutuskan untuk turun ke kota.
Mas Oyama mengikuti kejuaraan karate dan menjadi juara. Akan tetapi, ia masih merasa kecewa dengan kemampuan yang dimilikinya. Merasa masih belum mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya pada pertarungan yang sesungguhnya, Mas Oyama mencukur habis rambutnya dan sekali lagi naik ke gunung untuk berlatih.
Setelah lebih dari setahun di gunung, Mas Oyama akhirnya turun untuk menguji hasil dari latihannya. Di sebuah desa, ada seekor banteng yang akan dijagal. Ia meminta izin untuk menjatuhkan banteng tersebut dengan tangan kosongnya. Akan tetapi, beliau gagal pada usaha pertamanya. Setelah dipukul, banteng tersebut marah dan mengobrak-abrik kerumunan orang-orang di sekitarnya. Mas Oyama tidak menyerah. Ia berhari-hari mempelajari banteng-banteng tersebut. Setelah itu, beliau mencobanya lagi. Banteng tersebut jatuh dengan sekali pukul ke arah kepalanya. Berita tentang seorang karateka menjatuhan banteng dengan kepalan tangannya menyebar dengan cepat. Selain itu, beliau juga mengadakan perjalanan keliling Asia Tenggara mengadakan demo dan menantang banyak aliran di dalam maupun luar Jepang. Hal ini menimbulkan banyak sensasi dan memopulerkan Karate di dunia internasional.
Dengan modal ketenaran inilah, Mas Oyama lalu mendirikan sebuah dojo karate di Tokyo. Karate di dojo ini menekankan pentingnya latihan full-contact kumite (latih-tanding tanpa pelindung). Menurutnya, full contact kumite merupakan hal yang penting untuk mengasah semangat dan ketrampilan berkelahi. Hal ini sempat menimbulkan ketegangan dengan tetua-tetua dari aliran karate lain yang berpendapat bahwa praktek aplikasi karate secara langsung itu berbahaya dan tidak perlu.
Puncak ketegangan ini muncul pada tahun 1960-an. Pada waktu itu, petinju Muay Thai menyatakan bahwa Thai Boxing adalah seni bela diri yang terkuat, dan ia telah mengalahkan banyak wakil aliran bela diri, termasuk karate Jepang (Pada waktu itu, karate sedang populer di dunia internasional, dan petinju Muay Thai ini ingin memanfaatkan kesempatan untuk mencari nama). Petinju Muay Thai tersebut meminta wakil resmi dari Jepang untuk menjawab tantangannya. Sikap resmi dari aliran-aliran Karate di Jepang adalah untuk tidak melayani tantangan tersebut, karena tujuan dari Karate adalah untuk membina mental dan salah satu dari perwujudan penempaan mental tersebut adalah untuk menghindarkan dari perkelahian yang tidak perlu. Akan tetapi, Mas Oyama berpendapat bahwa "Karate memang bukan untuk mencari masalah. Tetapi apabila masalah itu datang dengan sendirinya, lari dari masalah adalah tindakan pengecut". Ia mengirim 3 murid terbaiknya ke Thailand untuk bertanding dengan aturan Muay Thai. Dua dari tiga muridnya tersebut menang dan mereka kembali ke Jepang dielu-elukan sebagai pahlawan yang mengangkat harga diri Jepang. Hal ini menambah ketegangan antara aliran Oyama ini dengan aliran-aliran Karate yang lain, sehingga banyak aliran lain yang menjuluki aliran Oyama sebagai "bukan Karate" dan "ilmunya para berandalan".
Mas Oyama tidak ambil pusing atas tanggapan tersebut. Ia secara resmi mendirikan Kyokushin yang berarti kebenaran tertinggi yang beliau yakini sebagaimana Karate seharusnya diajarkan dan dipelajari. Ia mengadakan turnamen-turnamennya sendiri merespon dilarangnya Kyokushin mengikuti pertandingan-pertandingan Karate. Meski di-'anak-tiri'-kan, Kyokushin berkembang pesat di dalam maupun di luar Jepang, terutama karena beberapa generasi pertama Kyokushin banyak menantang berbagai aliran bela diri di Asia maupun di negara-negara Barat.
1964 hingga 1994
Setelah Kyokushin kaikan resmi dibentuk, Oyama memimpinnya untuk melakukan ekspansi. Oyama memilih instruktur-instruktur yang menurutnya mampu mempertunjukkan kemampuan dan gaya bertarung Kyokushin untuk merekut anggota baru. Pada awalnya, instruktur-instruktur itu ditugaskan untuk membuka dojo di kota lain di Jepang. Di sana instruktur tersebut akan memamerkan kemampuan mereka di area-area publik, misalnya di gymnasium, di gym milik polisi (di mana para atlet judo biasa berlatih), di taman, atau di festival-festival lokal.Selain di jepang, Oyama juga menyebarkan instruktur-instrukturnya ke negara lain, misalnya ke Belanda (Kenji Kurosaki), Australia (Shigeo Kato), Amerika Serikat (Tadashi Nakamura, Shigeru Oyama and Yasuhiko Oyama, Miyuki Miura), dan Brazil (Seiji Isobe) untuk menyebarkan Kyokushin dengan cara yang sama seperti di Jepang. Pada tahun 1969, Oyama menyelenggarakan First All Japan Full Contact Championships di Jepang. Selain itu, pada thaun 1975, ia juga menyelenggarakan First Open Full Contact World Karate Championships. Sejak saat itu, pertandingan berskala internasional diadakan secara berkala setiap empat tahun sekali.
Setelah Oyama meninggal, International Karate Organization (IKO) Kyokushinkaikan mengalami perpecahan. Perpecahan disebabkan karena konflik tentang siapa yang akan menggantikan Oyama sebagai Chairman, serta tentang masa depan struktur dan filosofi organisasi. Hingga saat ini, masalah belum dapat dipecahkan. Shokei (Akiyoshi) Matsui sempat diperkirakan menjadi penerus Oyama setelah ia mengklaim bahwa ia memiliki hak intelektual atas semua merek dagang, simbol, dan nama Kyokushin. Namun ternyata sistem legal Jepang mengharamkan tindakan itu sehingga Shokei Matsui dipaksa mengembalikan semua hak intelektual Kyokushin kepada keluarga Oyama.
Kyokushin Saat Ini
Kematian Oyama meninggalkan perpecahan di tubuh organisasi Kyokushin. Kelompok-kelompok ini saling mengklaim memiliki otoritas untuk mewakili Honbu (markas/headquarters) yang asli.Cabang-cabang baru yang memiliki gerakan dan teknik yang sama, namun dengan nama berbeda, lahir. Banyak juga dojo-dojo yang mengajarkan kurikulum Kyokushin meskipun tidak memiliki ikatan formal dengan organisasi. Meskipun sulit untuk dihitung secara pasti, diperkirakan jumlah murid yang mempelajari aliran Kyokushin atau aliran cabangnya telah mencapai jutaan orang.
Istri Oyama meninggal bulan Juni 2006 setelah lama mengidap penyakit. Berdasarkan sistem hukum di Jepang, hak intelektual milik Oyama diturunkan kepada anak perempuannya yang bernama Kikuko (dikenal pula dengan nama Kuristina).
Tehnik dan latihan
Latihan Kyokushin terdiri dari tiga elemen utama yang disebut sebagai 3K: (1) kihon (teknik), (2) kata, dan kumite (latih tanding).Kihon
Kihon berarti teknik atau gerakan-gerakan dasar. Sistem latihan kyokusin dibuat berdasarkan karate tradisional seperti Shotokan dan Goju-ryu dengan beberapa teknik tambahan yg diadaptasi dari seni beladiri lain seperti tinju dan kickboxing saat kumite. Kyokushin juga memiliki banyak teknik orisinal yang tak ditemui pada aliran karate lainnya.Kata
Kata adalah kombinasi gerakan-gerakan yang dilatih secara berulang-ulang. Diharapkan dengan latihan itu, karateka dapat refleks mengeluarkan kombinasi dalam pertarungan.- Kata Utara
- Taikyoku sono ichi
- Taikyoku sono ni
- Taikyoku sono san
- Pinan Sono Ichi
- Pinan Sono Ni
- Pinan Sono San
- Pinan Sono yon
- Pinan Sono Go
- Kanku Dai
- Sushiho
- Kata khusus/unik
- Kata selatan
- Sanchin
- Gekisai Dai
- Gekisai Sho
- Tensho
- Saifa
- Seienchin
- Seipai
- Yantsu
- Unik
- Ura kata
Kumite
Kumite (sparring) digunakan untuk melatih aplikasi berbagai gerakan dalam situasi pertarungan yang sesungguhnya. Kumite merupakan bagian penting dalam latihan Kyokushin, terutama bagi mereka yang sudah bertingkat tinggi.Dalam kyokushin, baik pembina maupun warga (murid) harus melakukan kumite dengan keras agar mereka siap menghadapi pertarungan yang sesungguhnya. Tidak seperti jenis karate lain pada umumnya, Kyokushin menekankan pentingnya latihan full contact, tanpa menggunakan sarung tangan, pelindung badan, atau pelindung kepala (kecuali pelindung kemaluan bagi laki-laki). Beberapa perguruan mewajibkan penggunaan pelindung untuk warga yang masih berumur belia (kecil).
Dahulu, kumite dalam Kyokushin benar-benar dibuat menyerupai pertarungan nyata, serangan ke kepala boleh dilakukan baik dengan pukulan maupun tendangan. Namun ternyata hal ini membuat banyak murid cedera, disebabkan terutama akibat diperbolehkannya pukulan ke arah kepala. Akhirnya sekarang baik pada kumite maupun kejuaraan, pukulan ke arah muka dilarang, namun tendangan dan serangan lutut ke kepala dan leher tetap diperbolehkan.
Selasa, 17 Desember 2013
Pengumuman Kenaikan Sabuk
Kenaikan sabuk akan dilaksanakan pada setiap 6 bulan sekali, adapun ujian susulan 3 bulan setelah kenaikan sabuk utama.
Tempat : Dojo pusat Cimanggis, Depok
Biaya:
Putih - Biru : Rp200.000,-
Biru - Kuning : Rp 200.000,-
Kuning - Hijau : Rp 200.000,-
Hijau - Cokelat 3 : Rp. 250.000,-
Cokelat 3 - Cokelat 2 : Rp 250.000,-
Cokelat 2 - Cokelat 1 : Rp 250.000,-
Cokelat 1 - Hitam : Info Selanjutnya.
Biaya kenaikan waktu bisa berubah sewaktu-waktu sampai ada info dari dojo pusat.
Tempat : Dojo pusat Cimanggis, Depok
Biaya:
Putih - Biru : Rp200.000,-
Biru - Kuning : Rp 200.000,-
Kuning - Hijau : Rp 200.000,-
Hijau - Cokelat 3 : Rp. 250.000,-
Cokelat 3 - Cokelat 2 : Rp 250.000,-
Cokelat 2 - Cokelat 1 : Rp 250.000,-
Cokelat 1 - Hitam : Info Selanjutnya.
Biaya kenaikan waktu bisa berubah sewaktu-waktu sampai ada info dari dojo pusat.
Langganan:
Postingan (Atom)